HAKEKAT ISLAM (HAKIKAT ISLAM)
Makna Islam, Bahasa dan Istilah
Al Islam (لإسلم) yang memiliki akar kata dari سلم)) dalam bahasa Arab setidaknya mengandung tiga makna seperti di bawah ini:
الخلو ص والتعرى من لآ فا ت الظا هرة أوالبا طنة
Bebas dan bersih dari penyakit lahir dan bathin
الصلح والأما ن
Damai dan tentram
الطاعة ولإ ذعان
Taat dan patuh[1]
Dalam Al-Quran kalimat al-Islam paling tidak menggambarkan 4 pemahaman yang dapat dipetik: - Islam kontradiktif sebuah kesyirikan. Alloh swt berfirman :
Katakanlah:
"Sesungguhnya Aku diperintah supaya Aku menjadi orang yang pertama kali
menyerah diri (kepada Alloh), dan jangan sekali-kali kamu masuk
golongan orang musyrik." (Qs. Al-An’am:14)
- Islam kontradiktif sebuah kekufuran. Alloh swt berfirman:
Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam? (Qs. Al-Imran:80)
- Islam bermakna ikhlas kepada Alloh swt . Alloh swt berfirman :
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Alloh (Qs. An-Nisaa’:125)
- Islam bermakna al-Khudu’(ketundukan) dan al-Inqiyadh (kepatuhan). Alloh swt berfirman :
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya(Qs. azZumar : 54[1])
Jika
dlihat dari asal maknanya, baik menurut bahasa maupun menurut apa yang
dipahami di dalam Al-Quran, maka Islam –sebagaimana yang dinayatkan oleh
Dr. Shalah ash-Shawy- adalah :
مطلق الإستسلم الله والإنقياد لما أنزله على رسله من الهدى
Menyerahkan diri secara mutlak kepada Alloh serta tunduk dan patuh dengan hidayat yang diturunkan kepada para Rasul-Nya[2]
Makna Islam tersebut berarti mengandung 2 asas utama, yaitu:
1. Penyerahan diri secara mutlak kepada Alloh swt serta
2. Tunduk dan patuh kepada syariat yang dibawa oleh para rasul-Nya.
Muhammad bin Abdul Wahhab menambahkan asas makna Islam ini menjadi tiga yang diistilahkannya dengan tauhid, taat, dan bara’ah dari syirik. Dia berkata
الإسلام هوالإستسلام الله باالتّوحيد والإنقيادله بالطاعةوالبراءة منالشرك
Islam
adalah berserah diri kepada Alloh dengan tauhid, tunduk, dan patuh
kepada-Nya dengan keta’atan serta membebaskan diri (bara’ah) dari syirik[3]
Asas ketiga yang menjadi tambahan dari dua asas sebelumnya ialah:
3. Membebaskan diri dari berbagai bentuk kesyirikan (al-Bara’ah miin asy-Syrik)
Dari
uraian makna-makna ini dapat kita simpulkan bahwa Islam adalah suatu
ajaran yang mengajarkan sikap pasrah kepada Alloh swt (Tuhan semesta
alam). Program pokok Islam ini adalah membebaskan manusia dari belenggu
faham Tuhan banyak dengan mencanangkan dasar kepercayaan dan ketundukkan yang diungkapkan dalam kalimat al-Nafy wa’i Itsbat (negasi-konfirmasi) yaitu kalimat "tidak ada Tuhan selain Alloh”. Kalimat
itu dimulai dengan proses pembebasan dari belenggu kepercayaan dan
ketundukkan kepada hal-hal yang palsu dan diakhiri dengan peneguhan
bahwa manusia harus mempunyai kepercayaan dan ketundukkan pada sesuatu
yang benar. Pelaksanaan program ini bagi suatu masyarakat manusia yang
telah memiliki kepercayaan pada Tuhan secara tercampur, proses
pembebasannya harus dilakukan dengan pemurnian kepercayaan dan
ketundukkan kepada Alloh swt . caranya, pertama dengan melepaskan diri
dari kepercayaan dan ketundukkan yang palsu dan kedua dengan pemusatan
pada kepercayaan dan ketundukkan yang benar.
Pemusatan
pada kepercayaan dan ketundukkan yang benar berarti menjadikan Alloh
sebagai satu-satunya arah dan tujuan hidup yang didapat melalui hidup
sesuai dengan syariat Alloh yang diajarkan oleh para utusan-Nya setulus
hati nurani. Ketulusan itu dibuktikan melalui tiga hal :
1. Meyakini
secara kokoh bahwa Alloh swt Maha Esa pada dzat-Nya, sifat-sifat-Nya,
nama-nama-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya serta tidak ada sekutu
bagi-Nya.
2. Mempersembahkan pengabdian / peribadatan kepada Alloh Maha Esa Yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan
3. Berhukum kepada syariat-Nya semata dan bukan kepada undang-undang atau hukum-hukum lainnya[4]
Islam adalah Hukum Alam dan Thabi’at setiap Mahluk
Alloh swt berfirman :
Maka
apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Alloh, padahal
kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allohlah mereka
dikembalikan. (Qs. Al-Imran:83)
Segala
apa yang dilangit adalah para malaikat dan segala apa yang dibumi
adalah setiap mahluk yang ada di dalamnya Ulama tafsir mengatakan :
Sesungguhnya
segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi, sampai-sampai hewan dan
benda padat dalam keadaan berserah diri (Islam) kepada Alloh swt serta
sampai-sampai orang kafir pun berserah diri (Islam) kepada Alloh dengan
terpaksa sekalipun hati dan lisannya kufur[5]
Muhammad Mahmud Hijazi dalam menafsirkan ayat ini berkata,
Hanya
kepada Alloh swt segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi
ber-Islam, tunduk dan patuh pada aturan-Nya dalam pembentukan dan
kejadian. Dialah Dzat yang mengatur mereka sedangkan mereka tunduk/patuh
kepada-Nya[6]
Makna
ke-Islaman ini –menurut ‘Afif Abdul Fattah Thabbarah –adalah
dikarenakan mereka tunduk dan patuh kepada Alloh swt dalam hukum
penciptaan mereka, senang atau tidak senang hukum-hukum alam tetap berlaku bagi mereka[7]
Islam
–yang sebenarnya direalisasikan dalam penegakkan manhaj Alloh di muka
bumi, mengikutinya dan murni karenanya –adalah undang-undang eksistensi
dan agama segala sesuatu yang hidup dalam eksistensi tersebut.
Ke-Islaman mekanik adalah ke-Islaman tunduk/patuh pada perintah,
mengikuti management dan menaati undang-undang Tuhan terhadap alam[8]
Islam adalah Fithrah Seluruh Manusia
Alloh swt berfirman :
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Alloh; (tetaplah atas)
fitrah Alloh yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak
ada peubahan pada fitrah Alloh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui (Qs. Ar-Rum;30)
Ibnu Zaid berkata: (Fitrah
Alloh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu) adalah Islam
di mana sejak Alloh menciptakan mereka dari Adam, mereka mengakuinya.
Sedangkan Mujahid berkata: (fitrah Alloh) adalah dien Islam[9]
Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar dalam tafsirnya mengatakan Alloh telah memfitrahkan mereka dalam Islam[10]
Ibnu Katsir ketika menjelaskan ayat inipun berkata:
Sesungguhnya
Alloh swt telah memfitrahkan mahluk-Nya di atas Islam. Kemudian, pada
sebagian mereka muncul berbagai agama yang rusak seperti Yahudi,
Nashrani dan Majusi... Agama dan fitrah adalah Islam[11]
Para ulama menyebutkan bahwa Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Ibrahim, adh-Dhahhak dan Qatadah berkata:
Firman Alloh swt : fitrah Alloh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu adalah Dien Alloh, Islam[12])
Para ulama telah sepakat bahwa yang dimaksud fitrah dalam ayat ini adalah Islam[13]
Rasulullah saw bersabda :
كل مولوديولدعلىالفطرة فأبواه يهودانه أوينصرانه أويمجسانه كمثل البهيمة تنتج البهيمة هل ترى فيهاجدعاء
Setiap
anak Adam dilahirkan berada di atas fitrah. Maka kedua orangtuanyalah
yang menjadikan di Yahudi, Nashrani dan Majusi seperti perumpamaan
binatang ternak bertanduk yang melahirkan binatang ternak bertanduk,
apakah engkau melihatnya ia melahirkan yang tidak bertanduk. Kemudian
Abu Hurairah periwayat hadits ini berkata : bacalah oleh kalian jika mau (Qs. Ar-Ruum:30[14])
Di dalam riwayat lain disebutkan :
مامن مولوديولدإلاّوهوعلي الملّة
Tidak ada satu anakpun yang dilahirkan kecuali dia berada diatas Millah ini.
Hal
tersebut tidak berarti bahwa ketika seseorang lahir dari perut ibunya,
langsung mengetahui dan menghendaki agama ini. Akan tetapi, fitrahnya
itu mengharuskan dan menuntut untuk berdien Islam dan mencintai-Nya.
Jiwa fitrah mengharuskan pengikraran pada Maha Pencipta, mencintai-Nya
dan mengikhlaskan pengabdian hanya kepada-Nya. Berbagai konsekuensi dan
tuntutan fitrah akan tercapai sedikit demi sedkit sesuai kesempurnaan
dan kesiapan fitrah serta bebasnya dari dari berbagai penghalang.
Karena, seandainya dia tetap bersih dan tidak ada penghalang-penghalang,
niscaya dia tidak akan berpaling dari Islam kepada agama yang lainnya[15]
Maka,
setiap anak yang dilahirkan pada awal penciptaanya berada di atas
fitrah yaitu jiwa yang bersih dan tabi’at yang siap menerima agama
(Islam). Seandainya dia dibiarkan di atas fitrahnya itu, niscaya dia
akan terus konsekuen terhadap hal tersebut. Karena, kebaikan agama
(Islam) ini telah tertanam di dalam rasio. Berpalingnya orang dari
fitrah tersebut disebabkan bencana-bencana yang muncul dan taklid. Jika,
dia selamat dari bencana-bencana tersebut niscaya dia tidak akan
meyakini agama yang lain[16]
Islam adalah Agama yang Dianut dan Dibawa oleh Seluruh Utusan (Rasul) Alloh
Islam
adalah agama seluruh Nabi dan Rasul. Penamaan agama para rasul dengan
Islam telah diberikan langsung oleh Alloh swt . Alloh swt berfirman :
Sesungguhnya (agama Tauhid) Ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[971] dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku.
Ibnu
Abbas, Mujahid, Sa’ied bin Jubair, Qatadah dan Abdurrahman bin Zaid bin
Aslam berkata (Sesungguhnya ummat kalian adalah ummat yang satu) agama
kalian adalah agama yang satu[17]
Sayyid Quthb berkata : Sesungguhnya agama Alloh adalah satu. Dibawa oleh seluruh rasul dan saling diperjanjikan oleh mereka[18]
Syeikh Shafwat asy-Syawadify berkata : seluruh Nabi dan Rasul dari Adam dan Nuh hingga Muhammad -untuknya
dan untuk mereka seluruhnya shalawat serta salam –adalah orang-orang
muslim, mukmin dan muwahhid. Tidak ada di antara para Nabi yang didapati
menjadi Nabi Yahudi, Nabi Nashrani dan nabi-nabi lainnya selain Islam[19]
Nabi Nuh as berkata :
Dan aku diperintahkan untuk menjadi orang-orang yang muslim. (Qs. Yusuf : 72)
Alloh swt menceritakan seorang Nabi-nya yaitu Ibrahim as dengan frman-Nya :
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". (Qs. Al-Baqarah : 131)
Musa berkata kepada kaumnya :
Berkata
Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Alloh, Maka bertawakkAlloh
kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri." (qs. Yunus : 84)
Al-Quran menceritakan tentang Isa as :
Maka
tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia:
"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama)
Alloh?" para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah
penolong-penolong (agama) Alloh, kami beriman kepada Alloh; dan
saksikanlah bahwa Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah
diri. (Qs. Al-Imran : 52)
Dengan
demikian kita dapat memahami bahwa alam ini tidak berjalan tanpa aturan
dan tidak berputar secara serampangan. Melainkan semuanya mengikuti
takdir Alloh swt dan perputarannya sesuai dengan hukum Alloh. Inilah
yang disebut dalam Al-Quran sebagai sunatullah[20]. Itulah makna ke-Islaman alam kepada Rabbul’alamin sebagai penciptanya.
Tanggung
jawab manusia dalam kehidupan di bumi adalah menjalankan fungsi
kekhilafahan, membangun, mendayagunakan dan menjaga seluruh mahluk. Hal
tersebut dilakukan dengan beriman, tunduk, patuh dengan Rabbul’alamin
–dimana mereka sendiri adalah bagian alam yang diciptakan-Nya- melalui
hidup sesuai dengan syariat yang diamanahkan dan dicontohkan oleh para
rasul-Nya. Dengan ke-Islaman seperti itu alam dan seluruh manusia akan
mendapatkan jaminan keberhasilan, kemenangan, kemakmuran, keadilan dan
kebahagiaan. Karena kehidupan mereka (alam dengan manusia) tertata
melalui undang-undang yang sama dari Alloh swt melalui hidup yang sesuai
dengan sunnatullah dan syari’atullah[21]
Demikianlah
gambaran lengkap yang mendalam tentang Islam dan ke-Islaman, gambaran
alamiah yang menyentuh rasa dan menggetarkan jiwa. Satu gambaran Tuhan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana yang mengembalikan segala sesuatu
dan mahluk hidup kepada satu undang-undang dan satu syariat serta satu
tempat kembali. Islam dan ke-Islaman yang menjadi tabiat alamiah seluruh
mahluk, yang menjadi fitrah jati diri manusia serta yang menjadi agama
dan sikap para nabi dan rasul. Memasuki Islam dan bersikap Islam berarti
menyatukan diri dengan gerak atur alam semesta yang tunduk pada
undang-undang Tuhan yang sama, meleburkan diri dengan fitrah dan jati
diri kemanusiaan kita yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa serta
menyambungkan diri pada rantai seluruh utusan Tuhan yang diutus dengan
saling melengkapi. Maka
لاحوف عليهم ولاهم يحزنون لايضل ولايشقي
Tidak
ada rasa takut dan tidak bersedih, tidak sesat dan tidak celaka pasti
akan dicapai oleh manusia dan alam semesta. Adakah satu agama yang
menamakan dan dinamakan Islam saat ini selain risalah yang dibawa oleh
Nabi Muhammad saw ? jika tidak ada mengapa kita harus menolaknya, acuh
tak acuh dan bahkan memeranginya? Jika, itu kita lakukan berarti kita
memorak porandakan susunan dan aturan alam semesta, menghancur luluhkan
jati diri fitrah kemanusiaan kita dan memutus mata rantai kebenaran
ajaran Tuhan yang dibawa oleh para nabi dan rasul Alloh swt
[1] Ibid, hal. 14
[2] Tahkiim asy-Syari’at wa Da’aawi al-‘Ilmaaniyah, Dr. Shalah ash-Shawi, Daar ath-Thayyibah Riyaadh, cet. I tahun 1412, hal. 23
[3] Al-Ushul ats-Tsalatsah, Muhammad bin Abdul Wahhab, hal. 46
[4] Ru’yah Islamiyah fii Ahwaal al-‘Aalam al-Mu’aashir, Muhammad Quthb, hal. 123
[5] Zubdat at-Tafsiir min Fath al-Qadiir, Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Muassasah Risalah. Cet. VI, tahun 1419, hal. 76
[6]At-Tafsir al-Wadhiih, I/66
[7] Ruuh ad-Dien al-Islaamy, hal. 14
[8] Fii Dzilaal al-Qur’an, Sayyid Quthb, 3/423
[9] Syifa al-‘Aliil, Ibnul Qayyim, hal. 305
[10] Zubdat at-Tafsiir Min Fath al-Qadiir, hal. 534
[11] Tafsiir Al-Qur’an al-Adziim, 3/423
[12] Syifaa al-Aliil, hal. 302
[13] Tajriid at-Tahmiid, Ibnu Abdil Barr, hal. 297
[14] HR. Muslim, No. 2658
[15] Syifaa al-Aliil, hal. 318
[16] Tafsiir al-Baghaway, 6/270
[17] Tafsiir al-Qur’an al-Adzim, Ibnu Katsir, 3/194
[18] Fii Dzilaal al-Qur’an, 3/421
[19] Al-Islaam Diin al-Haq wa Maa Siwaahu Baathil, at-Tauhid, edisi No. 1 tahun 28. Hal. 6
[20] As-Sunnah sebagai Sumber Iptek dan Peradaban, Dr. Yusuf Qardhawy, hal. 249
[21] Baca: Krisis Pemikiran Islam, Dr. Abdul Hamid Abu Sulayman, hal. 165