Jumat, 27 April 2012

hakikat islam

HAKEKAT ISLAM (HAKIKAT ISLAM)
Makna Islam, Bahasa dan Istilah
Al Islam (لإسلم) yang memiliki akar kata dari سلم)) dalam bahasa Arab setidaknya mengandung tiga makna seperti di bawah ini:
الخلو ص والتعرى من لآ فا ت الظا هرة أوالبا طنة
Bebas dan bersih dari penyakit lahir dan bathin
الصلح والأما ن
Damai dan tentram
الطاعة ولإ ذعان
Taat dan patuh[1]


[1] Ruuh ad-Dien al-Islamy, Afif Abdul Fattah Thabbarah, hal. 13
Dalam Al-Quran kalimat al-Islam paling tidak menggambarkan 4 pemahaman yang dapat dipetik:
  1. Islam kontradiktif sebuah kesyirikan. Alloh swt berfirman :
Katakanlah: "Sesungguhnya Aku diperintah supaya Aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Alloh), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik." (Qs. Al-An’am:14)
  1. Islam kontradiktif sebuah kekufuran. Alloh swt berfirman:
Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam? (Qs. Al-Imran:80)
  1. Islam bermakna ikhlas kepada Alloh swt . Alloh swt berfirman :
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Alloh (Qs. An-Nisaa’:125)
  1. Islam bermakna al-Khudu’(ketundukan) dan al-Inqiyadh (kepatuhan). Alloh swt berfirman :
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya(Qs. azZumar : 54[1])
Jika dlihat dari asal maknanya, baik menurut bahasa maupun menurut apa yang dipahami di dalam Al-Quran, maka Islam –sebagaimana yang dinayatkan oleh Dr. Shalah ash-Shawy- adalah :
مطلق الإستسلم الله k  والإنقياد لما أنزله على رسله من الهدى
Menyerahkan diri secara mutlak kepada Alloh k serta tunduk dan patuh dengan hidayat yang diturunkan kepada para Rasul-Nya[2]
Makna Islam tersebut berarti mengandung 2 asas utama, yaitu:
1.    Penyerahan diri secara mutlak kepada Alloh swt serta
2.    Tunduk dan patuh kepada syariat yang dibawa oleh para rasul-Nya.
Muhammad bin Abdul Wahhab menambahkan asas makna Islam ini menjadi tiga yang diistilahkannya dengan tauhid, taat, dan bara’ah dari syirik. Dia berkata

الإسلام هوالإستسلام الله باالتّوحيد والإنقيادله بالطاعةوالبراءة منالشرك

Islam adalah berserah diri kepada Alloh dengan tauhid, tunduk, dan patuh kepada-Nya dengan keta’atan serta membebaskan diri (bara’ah) dari syirik[3]
Asas ketiga yang menjadi tambahan dari dua asas sebelumnya ialah:
3.    Membebaskan diri dari berbagai bentuk kesyirikan (al-Bara’ah miin asy-Syrik)
Dari uraian makna-makna ini dapat kita simpulkan bahwa Islam adalah suatu ajaran yang mengajarkan sikap pasrah kepada Alloh swt (Tuhan semesta alam). Program pokok Islam ini adalah membebaskan manusia dari belenggu faham Tuhan banyak dengan mencanangkan dasar kepercayaan dan ketundukkan  yang diungkapkan dalam kalimat al-Nafy wa’i Itsbat (negasi-konfirmasi) yaitu kalimat "tidak ada Tuhan selain Alloh”. Kalimat itu dimulai dengan proses pembebasan dari belenggu kepercayaan dan ketundukkan kepada hal-hal yang palsu dan diakhiri dengan peneguhan bahwa manusia harus mempunyai kepercayaan dan ketundukkan pada sesuatu yang benar. Pelaksanaan program ini bagi suatu masyarakat manusia yang telah memiliki kepercayaan pada Tuhan secara tercampur, proses pembebasannya harus dilakukan dengan pemurnian kepercayaan dan ketundukkan kepada Alloh swt . caranya, pertama dengan melepaskan diri dari kepercayaan dan ketundukkan yang palsu dan kedua dengan pemusatan pada kepercayaan dan ketundukkan yang benar.
Pemusatan pada kepercayaan dan ketundukkan yang benar berarti menjadikan Alloh sebagai satu-satunya arah dan tujuan hidup yang didapat melalui hidup sesuai dengan syariat Alloh yang diajarkan oleh para utusan-Nya setulus hati nurani. Ketulusan itu dibuktikan melalui tiga hal :
1.    Meyakini secara kokoh bahwa Alloh swt Maha Esa pada dzat-Nya, sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya serta tidak ada sekutu bagi-Nya.
2.    Mempersembahkan pengabdian / peribadatan kepada Alloh Maha Esa Yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan
3.    Berhukum kepada syariat-Nya semata dan bukan kepada undang-undang atau hukum-hukum lainnya[4]

Islam adalah Hukum Alam dan Thabi’at setiap Mahluk
Alloh swt berfirman :
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Alloh, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allohlah mereka dikembalikan. (Qs. Al-Imran:83)
Segala apa yang dilangit adalah para malaikat dan segala apa yang dibumi adalah setiap mahluk yang ada di dalamnya Ulama tafsir mengatakan :
Sesungguhnya segala sesuatu yang ada dilangit dan di bumi, sampai-sampai hewan dan benda padat dalam keadaan berserah diri (Islam) kepada Alloh swt serta sampai-sampai orang kafir pun berserah diri (Islam) kepada Alloh dengan terpaksa sekalipun hati dan lisannya kufur[5]
Muhammad Mahmud Hijazi dalam menafsirkan ayat ini berkata,
Hanya kepada Alloh swt segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ber-Islam, tunduk dan patuh pada aturan-Nya dalam pembentukan dan kejadian. Dialah Dzat yang mengatur mereka sedangkan mereka tunduk/patuh kepada-Nya[6]
Makna ke-Islaman ini –menurut ‘Afif Abdul Fattah Thabbarah –adalah dikarenakan mereka tunduk dan patuh kepada Alloh swt dalam hukum penciptaan mereka, senang atau tidak senang  hukum-hukum alam tetap berlaku bagi mereka[7]
Islam –yang sebenarnya direalisasikan dalam penegakkan manhaj Alloh di muka bumi, mengikutinya dan murni karenanya –adalah undang-undang eksistensi dan agama segala sesuatu yang hidup dalam eksistensi tersebut. Ke-Islaman mekanik adalah ke-Islaman tunduk/patuh pada perintah, mengikuti management dan menaati undang-undang Tuhan terhadap alam[8]

Islam adalah Fithrah Seluruh Manusia
Alloh swt berfirman :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Alloh; (tetaplah atas) fitrah Alloh yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Alloh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Qs. Ar-Rum;30)
Ibnu Zaid berkata: (Fitrah Alloh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu) adalah Islam di mana sejak Alloh menciptakan mereka dari Adam, mereka mengakuinya. Sedangkan Mujahid berkata: (fitrah Alloh) adalah dien Islam[9]
Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar dalam tafsirnya mengatakan Alloh telah memfitrahkan mereka dalam Islam[10]
Ibnu Katsir  ketika menjelaskan ayat inipun berkata:
Sesungguhnya Alloh swt telah memfitrahkan mahluk-Nya di atas Islam. Kemudian, pada sebagian mereka muncul berbagai agama yang rusak seperti Yahudi, Nashrani dan Majusi... Agama dan fitrah adalah Islam[11]
Para ulama menyebutkan bahwa Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Ibrahim, adh-Dhahhak dan Qatadah berkata:
Firman Alloh swt : fitrah Alloh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu adalah Dien Alloh, Islam[12])
Para ulama telah sepakat bahwa yang dimaksud fitrah dalam ayat ini adalah Islam[13]
Rasulullah saw bersabda :

كل مولوديولدعلىالفطرة فأبواه يهودانه أوينصرانه أويمجسانه كمثل البهيمة تنتج البهيمة هل ترى فيهاجدعاء

Setiap anak Adam dilahirkan berada di atas fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan di Yahudi, Nashrani dan Majusi seperti perumpamaan binatang ternak bertanduk yang melahirkan binatang ternak bertanduk, apakah engkau melihatnya ia melahirkan yang tidak bertanduk. Kemudian Abu Hurairah periwayat hadits ini berkata : bacalah oleh kalian jika mau (Qs. Ar-Ruum:30[14])
Di dalam riwayat lain disebutkan :
مامن مولوديولدإلاّوهوعلي الملّة

Tidak ada satu anakpun yang dilahirkan kecuali dia berada diatas Millah ini.

Hal tersebut tidak berarti bahwa ketika seseorang lahir dari perut ibunya, langsung mengetahui dan menghendaki agama ini. Akan tetapi, fitrahnya itu mengharuskan dan menuntut untuk berdien Islam dan mencintai-Nya. Jiwa fitrah mengharuskan pengikraran pada Maha Pencipta, mencintai-Nya dan mengikhlaskan pengabdian hanya kepada-Nya. Berbagai konsekuensi dan tuntutan fitrah akan tercapai sedikit demi sedkit sesuai kesempurnaan dan kesiapan fitrah serta bebasnya dari dari berbagai penghalang. Karena, seandainya dia tetap bersih dan tidak ada penghalang-penghalang, niscaya dia tidak akan berpaling dari Islam kepada agama yang lainnya[15]
Maka, setiap anak yang dilahirkan pada awal penciptaanya berada di atas fitrah yaitu jiwa yang bersih dan tabi’at yang siap menerima agama (Islam). Seandainya dia dibiarkan di atas fitrahnya itu, niscaya dia akan terus konsekuen terhadap hal tersebut. Karena, kebaikan agama (Islam) ini telah tertanam di dalam rasio. Berpalingnya orang dari fitrah tersebut disebabkan bencana-bencana yang muncul dan taklid. Jika, dia selamat dari bencana-bencana tersebut niscaya dia tidak akan meyakini agama yang lain[16]

Islam adalah Agama yang Dianut dan Dibawa oleh Seluruh Utusan (Rasul) Alloh
Islam adalah agama seluruh Nabi dan Rasul. Penamaan agama para rasul dengan Islam telah diberikan langsung oleh Alloh swt . Alloh swt berfirman :
Sesungguhnya (agama Tauhid) Ini adalah agama kamu semua; agama yang satu[971] dan Aku adalah Tuhanmu, Maka sembahlah Aku.
Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’ied bin Jubair, Qatadah dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata (Sesungguhnya ummat kalian adalah ummat yang satu) agama kalian adalah agama yang satu[17]
Sayyid Quthb berkata : Sesungguhnya agama Alloh adalah satu. Dibawa oleh seluruh rasul dan saling diperjanjikan oleh mereka[18]
Syeikh Shafwat asy-Syawadify berkata : seluruh Nabi dan Rasul dari Adam dan Nuh hingga Muhammad n -untuknya dan untuk mereka seluruhnya shalawat serta salam –adalah orang-orang muslim, mukmin dan muwahhid. Tidak ada di antara para Nabi yang didapati menjadi Nabi Yahudi, Nabi Nashrani dan nabi-nabi lainnya selain Islam[19]
Nabi Nuh as berkata :
Dan aku diperintahkan untuk menjadi orang-orang yang muslim. (Qs. Yusuf : 72)
Alloh swt menceritakan seorang Nabi-nya yaitu Ibrahim as dengan frman-Nya :
Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". (Qs. Al-Baqarah : 131)

Musa berkata kepada kaumnya :
Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Alloh, Maka bertawakkAlloh kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri." (qs. Yunus : 84)

Al-Quran menceritakan tentang Isa as :
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Alloh?" para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Alloh, kami beriman kepada Alloh; dan saksikanlah bahwa Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (Qs. Al-Imran : 52)
Dengan demikian kita dapat memahami bahwa alam ini tidak berjalan tanpa aturan dan tidak berputar secara serampangan. Melainkan semuanya mengikuti takdir Alloh swt dan perputarannya sesuai dengan hukum Alloh. Inilah yang disebut dalam Al-Quran sebagai sunatullah[20]. Itulah makna ke-Islaman alam kepada Rabbul’alamin sebagai penciptanya.
Tanggung jawab manusia dalam kehidupan di bumi adalah menjalankan fungsi kekhilafahan, membangun, mendayagunakan dan menjaga seluruh mahluk. Hal tersebut dilakukan dengan beriman, tunduk, patuh dengan Rabbul’alamin –dimana mereka sendiri adalah bagian alam yang diciptakan-Nya- melalui hidup sesuai dengan syariat yang diamanahkan dan dicontohkan oleh para rasul-Nya. Dengan ke-Islaman seperti itu alam dan seluruh manusia akan mendapatkan jaminan keberhasilan, kemenangan, kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan. Karena kehidupan mereka (alam dengan manusia) tertata melalui undang-undang yang sama dari Alloh swt melalui hidup yang sesuai dengan sunnatullah dan syari’atullah[21]
Demikianlah gambaran lengkap yang mendalam tentang Islam dan ke-Islaman, gambaran alamiah yang menyentuh rasa dan menggetarkan jiwa. Satu gambaran Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana yang mengembalikan segala sesuatu dan mahluk hidup kepada satu undang-undang dan satu syariat serta satu tempat kembali. Islam dan ke-Islaman yang menjadi tabiat alamiah seluruh mahluk, yang menjadi fitrah jati diri manusia serta yang menjadi agama dan sikap para nabi dan rasul. Memasuki Islam dan bersikap Islam berarti menyatukan diri dengan gerak atur alam semesta yang tunduk pada undang-undang Tuhan yang sama, meleburkan diri dengan fitrah dan jati diri kemanusiaan kita yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa serta menyambungkan diri pada rantai seluruh utusan Tuhan yang diutus dengan saling melengkapi. Maka
لاحوف عليهم ولاهم يحزنون لايضل ولايشقي
Tidak ada rasa takut dan tidak bersedih, tidak sesat dan tidak celaka pasti akan dicapai oleh manusia dan alam semesta. Adakah satu agama yang menamakan dan dinamakan Islam saat ini selain risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw ? jika tidak ada mengapa kita harus menolaknya, acuh tak acuh dan bahkan memeranginya? Jika, itu kita lakukan berarti kita memorak porandakan susunan dan aturan alam semesta, menghancur luluhkan jati diri fitrah kemanusiaan kita dan memutus mata rantai kebenaran ajaran Tuhan yang dibawa oleh para nabi dan rasul Alloh swt


[1] Ibid, hal. 14
[2] Tahkiim asy-Syari’at wa Da’aawi al-‘Ilmaaniyah, Dr. Shalah ash-Shawi, Daar ath-Thayyibah Riyaadh, cet. I tahun 1412, hal. 23
[3] Al-Ushul ats-Tsalatsah, Muhammad bin Abdul Wahhab, hal. 46
[4] Ru’yah Islamiyah fii Ahwaal al-‘Aalam al-Mu’aashir, Muhammad Quthb, hal. 123
[5] Zubdat at-Tafsiir min Fath al-Qadiir, Dr. Muhammad Sulaiman Abdullah al-Asyqar, Muassasah Risalah. Cet. VI, tahun 1419, hal. 76
[6]At-Tafsir al-Wadhiih, I/66
[7] Ruuh ad-Dien al-Islaamy, hal. 14
[8] Fii Dzilaal al-Qur’an, Sayyid Quthb, 3/423
[9] Syifa al-‘Aliil, Ibnul Qayyim, hal. 305
[10] Zubdat at-Tafsiir Min Fath al-Qadiir, hal. 534
[11] Tafsiir Al-Qur’an al-Adziim, 3/423
[12] Syifaa al-Aliil, hal. 302
[13] Tajriid at-Tahmiid, Ibnu Abdil Barr, hal. 297
[14] HR. Muslim, No. 2658
[15] Syifaa al-Aliil, hal. 318
[16] Tafsiir al-Baghaway, 6/270
[17] Tafsiir al-Qur’an al-Adzim, Ibnu Katsir, 3/194
[18] Fii Dzilaal al-Qur’an, 3/421
[19] Al-Islaam Diin al-Haq wa Maa Siwaahu Baathil, at-Tauhid, edisi No. 1 tahun 28. Hal. 6
[20] As-Sunnah sebagai Sumber Iptek dan Peradaban, Dr. Yusuf Qardhawy, hal. 249
[21] Baca: Krisis Pemikiran Islam, Dr. Abdul Hamid Abu Sulayman, hal. 165

Tidak ada komentar:

Posting Komentar