Selasa, 13 Maret 2012

Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis


Judul Proposal
Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis
A.    Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada tantangan-tantangan yang mengharuskannya mampu melahirkan individu-individu yang dapat memenuhi tuntutan global. Sebab pendidikan merupakan lembaga yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan yaitu membina mental, dan kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Pendidikan tersebut bisa didapat baik dari pendidikan non formal maupun pendidikan formal. Pendidikan non formal bisa didapat melalui kegiatan non formal seperti les privat maupun pendidikan yang lain diluar  sekolah. Sedangkan pendidikan formal bisa didapat disekolah mulai dari SD, SMP, SMA, maupun perguruan tinggi. Dalam pendidikan khususnya dalam pendidikan formal, matematika merupakan mata pelajaran wajib bagi semua siswa. Adapun tujuan pembelajaran matematika disekolah seperti yang tercantum dalam kurikulum Pendidikan Dasar:Garis-garis Besar Pengajaran (GBPP) Matematika SLTP adalah:
Mempersiapkan agar sanggup menghadapi keadaan didalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efisien;mempersiapkan agar siswa dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.[1]
Pendidikan dalam era modern semakin tergantung tingkat kualitas, partisipasi dari guru untuk menggunakan berbagai sumber yang tersedia, mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa untuk mempersiapkan pembelajaran yang dapat menumbuhkan cara berpikir siswa menjadi lebih kritis dan kreatif.
Unsur-unsur yang sering dikaji dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa adalah pembejaran yang digunakan guru dalam memfasilitasi pembelajaran di sekolah. Berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan yang menggunakan simbol, tabel dan media lain, sehingga siswa dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan. Sikap aktif, kreatif dan inovatif menempatkan siswa sebagai subjek pendidikan dengan berperan sebagai fasilitator.
Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar.
Kemajuan ilmu pengetahuan akan mempengaruhi cara belajar yang efektif, sehingga perlu adanya cara berpikir secara terarah dan jelas. Dengan banyaknya permasalahan-permasalahan yang muncul, perlu adanya pembaharuan-pembaharuan di lingkungan pendidikan yang mengarahkan pembelajar agar dapat selalu berpikir kritis. Banyak yang beranggapan bahwa untuk dapat berpikir kritis memerlukan suatu tingkat kecerdasan yang tinggi. Padahal berpikir kritis dapat dilatih pada semua orang untuk dipelajari. Disinilah peranan pendidikan memberikan suatu konsep cara belajar yang efektif.
Dalam interaksi pendidikan peserta didik tidak harus diberi atau dilatih, tetapi mereka dapat mencari, menemukan, memecahkan masalahmasalah dan melatih dirinya. Siswa dilatih berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap proses dan hasil pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat terlaksana dan berjalan secara efektif, disinilah peranan cara berpikir kritis. Kegiatan pembelajaran matematika diharapkan mampu membuat siswa terampil dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, baik dalam bidang matematika maupun dalam bidang lain yang terkait. Kegiatan pembelajaran matematika diharapkan mampu membuat siswa berkembang daya nalarnya sehingga mampu berpikir kritis, logis, sistematis, dan pada akhirnya siswa diharapkan mampu bersikap obyektif, jujur dan disiplin.
Kegiatan tersebut bertolak belakang dengan apa yang terjadi di kelas XI SMK 2 Lhokseumawe. Kondisi ini disebabkan oleh masih rendahnya kemampuan siswa dalam menggunakan alat peraga sehingga kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis berpikir bahwa pembelajaran matematika harus menjadi kegiatan siswa yang dikaitkan dengan realitas, nyata bagi siswa dengan memakai konteks dunia nyata sebagai sumber pengembangan konsep dan sebagai wahana aplikasi, melalui proses matematisasi vertikal maupun horisontal. Untuk mewujudkan itu semua harus diawali dari pemilihan metode pembelajaran yang tepat.Untuk itulah peneliti mencoba untuk menerapkan suatu pembelajaran dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu  Matematika Realistik (MR) yang telah lama dikembangkan di Belanda. Matematika Realistik (MR) adalah salah satu pemebalajaran dalam pembelajaran matematika yang mengajak siswa untuk menyukai matematika dengan memperlihatkan kepada siswa cara mempelajari matematika, melalui pengalaman langsung ke alam sekitar.[2] Freudental yang mengatakan bahwa “matematika harus terkait dengan realita dan matematika merupakan bagian dari aktivitas manusia”.[3] Menurut De Lange dan Ven Den Neuvel Panhuizen  ” Matematika Realistik (MR)  adalah pembelajaran matematika yang mengacu pada konstruktivis sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika”.[4]
            Peneliti melihat bahwa pembelajaran Matematika Realistik (MR) adalah Pembelajaran yang sangat tepat diterapkan dalam proses belajar mengajar pada pelajaran matematika guna untuk meningkatkan  kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis”

B.     Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka indentifikasi masalahnya sebagai berikut:
            1. Rendahnya kemampuan matematika siswa
2. Rendahnya kemampuan berpikir kritis
3. Pembelajaran metematika tidak dikaitkan dengan realita

C.    Batasan Masalah
Mengingat masalah yang memuat sangat luas maka peneliti memberi batasan masalah  secara konseptual peneliti ini akan menelaah hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran Matematika Realistik (MR) pada materi peluang

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah maka  penelitian tersebut akan menjadi rumusan masalah penelitian adalah “apakah  penerapan pembelajaran Matematika Realistik (MR) dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa”.

E.     Tujuan Penelitian
Penelitian tentu memiliki tujuan dalam membuat penelitian, adapun tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pelajaran matematika melalui pembelajaran Matematika Realistik (MR).



F.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah
1.      Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti, sebagai calon pendidik untuk terjun ke dunia pendidikan.
2.      Sebagai bahan masukan yang berguna bagi peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar.
3.      Sebagai bahan masukan bagi guru atau calon guru dalam memilih alternatif metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

G.    Definisi Operasional
Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan untuk menghindari kesalahpahaman maka perlu definisi operasional istilah. Adapun definis operasional istilah dalam penelitian ini adalah:
1.         Matematika Realistik (MR)
Matematika Realistik (MR) adalah salah satu pembelajaran dalam pembelajaran matematika dalam mengajak siswa untuk dapat menyukai matematika dengan memperlihatkan kepada siswa cara mempelajari matematika, melalui pengalaman langsung kealam sekitar yang memungkinkan siswa mengalami sendiri proses mirip dengan penciptaan matematika melalui kegiatan matematisasi kontekstual, yaitu kegiatan pola pikir siswa dikembangkan dari hal-hal yang bersifat konkret ke hal-hal yang abstrak.[5]
Dalam proses pembelajaran guru menggunakan alat peraga sebagai alat bantu mengajar dengan model pembelajaran realistik. Alat peraga berfungsi untuk menjembatani proses abstraksi dari hal-hal yang bersifat sederhana dan bersifat konkret menuju pembangunan pengetahuan matematika formal dan baku oleh siswa.
2.      Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah suatu proses atau aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat pernyataan yang benar berdasarkan pada kenyataan yang telah dibuktikan (diasumsikan).[6] Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika melalui pembelajaran Matematika Realistik (MR) maksudnya adalah berusaha menjadikan lebih baik sehingga siswa memiliki suatu aktivitas berpikir pelajaran matematika sehingga belajar siswa menjadi aktif dan memiliki kemampuan yang lebih dalam pembelajaran matematika.

H.    Hipesis Penelitian
Setiap penelitian kuantitatif tentu memerlukan hipotesis, perumusan hipotesis merupakan langkah yang harus ditempuh oleh peneliti, dan kemudian hipotesis ini harus diuji dan dibuktikan dengan metode tertentu. Adapun hipotesis yang dirumuskan adalah “penerapan pembelajaran Matematika Realistik (MR) dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa”.

I.       Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Suhasimi Arikunto” Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dan hasilnya”.[7]
1.      Populasi dan sampel
Menurut Sugiyono Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.[8]
Menurut Arikunto, sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti). Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulan akan dapat di berlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel di ambil dari populasi harus betul-betul repesentatif ( mewakili).

2.      Teknik Pengambilan sampel
Menurut Sudjana yang dimaksud dengan populasi adalah “Totalitas semua nilai yang mungkin, baik perhitungan maupun pengukuran kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas”.[9] Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas  XI SMK Negeri 2 Lhokseumawe yang terdiri dari 5 kelas. Sedangkan sampel adalah “Sebagian dari populasi yang bisa mewakili seluruh populasi sebagaimana yang disebutkan oleh Winarno Surachmat adalah “Sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”.[10]
            Penentuan sampel dilakukan secara acak kelas atau random sampling class, yaitu pengumpulan sampel sedemikian sehingga setiap unsur mempunyai peluang yang sama untuk dapat dipilih sebagai objek penelitian. Dalam hal ini kelas yang dimaksud adalah kelas XI Multimedia1 , XI Multimedia2,  XI Tata Boga,  XI Perhotelan  dan XI Kecantikan.  Setelah diacak maka kelas yang terpilih adalah kelas XI Multimedia1 kelas eksperimen dan kelas  XI Multimedia2  sebagai kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen akan diterapkan pembelajaran Matematika Realistik (MR), sedangkan untuk kelas kontrol pembelajarannya akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan konvensional.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan instrumen tes. Tes yaitu “Alat prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data dan keterangan yang diinginkan”.[11] Tes peneliti lakukan dalam dua tahap yaitu tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) dari 3 kali pertemuan yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun soal tes soal tes yang penulis buat buat dengan pedoman kepada kurikulum dan knsultasi dengan guru bidang study matematika di Sekolah SMK Negeri 2 Lhokseumawe. Selanjutnya sebelum diberikan tes akhir (post-test) kedua kelas tersebut melakukan proses belajar yaitu menggunakan  pendekatan pembelajaran Matematika Realistik (MR) pada kelas eksperimen (kelas XI  Multimedia1) dan pendekatan konvensional pada kelas kontrol (kelas XI Multimedia2) untuk materi yang sama dikelas Sekolah SMK Negeri 2 Lhokseumawe.Tes tersebut diberikan untuk melihat kemampuan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran Matematika Realistik (MR)  pada materi peluang untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tes yang dimaksud, yaitu setelah tes yang diberikan kepada siswa pada akhir pokok bahasan peluang dengan menggunakan pembelajaran Matematika Realistik (MR).




4.      Teknik Analisa Data
a.         Uji Homogenitas
Untuk menetukan rumus uji t mana yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis, maka perlu diuji dulu varians kedua sampel homogen atau tidak. Pengujian varians digunakan uji F dengan rumus berikut:
F =
Dalam hal ini berlaku ketentuan bila harga Fh ≤ Ft, maka varians homogen.[12]
b.         Uji Normalitas
Uji normalitas sangat berguna sekali untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi normal atau tidak. Dengan asumsi normal terhadap sampel maka data yang diambil dapat di pertanggung jawabkan. Misalnya terdapat n data pengamatan X1, X2, X3, ..., Xn. Berdasarkan data ini akan dilihat apakah sampel yang diambil dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Prosedur pengujian data pengamatan Tabel 3.1 data fasilitas SMK Negeri 2 Lhokseumawe dari X1, X2, X3, ..., Xn dijadikan baku dan transpormasi.
Zscote=
Dengan            :   x  =  data
                            =  rata-rata yang akan diambil
                             S =  yang akan diambil.[13]
Untuk mengetahui kenormalan sampel digunakan rumus :
Dimana:
            fo                      = Frekuensi Pengamatan
            fe                      = Frekuensi yang diharapkan.
            K                     = kelas interval.[14]
Dengan kriteria pengujian: Fh2 ≤ Ft2 maka data tersebut berdistribusi normal.

5.      Tehnik Analisis Data
              Dalam penelitian ini, peliti menggunakan uji t satu pihak kanan. Untuk  keperluan tersebut, diperlukan tabel distribusi frekuensi dengan langkah berikut :
1.      Tentukan rentang (R) adalah data terbesar dikurangi data terkecil.
2.      Tentukan banyak kelas interval (K) dapat menggumakan aturan Sturges, yaitu K = 1 + (3,3) log n
3.      Tentukan panjang kelas interval pada rumus P =
4.      Pilih ujung kelas interval pertama untuk bisa ambil sama dengan data yang terkecil tetap selisih harus dikurangi dari panjang kelas yang ditentukan.
              Setelah keseluruhan data terkumpul maka pengujian terhadap hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan  uji t dengan taraf segnitif a = 0,05. Adapun rumus yang digunakan menurut Sudjanadalah sebagai berikut :
1.      Untuk data yang telah disususn dalam distribusi frekuensi rata-rata hitung dengan rumus :
 =  
              Keterangan   :  = skror rata-rata siswa
                           fi   = Frekuensi kelas interval data
                                       xi  = Tanda kelas interval.[15]
2.       Untuk mengetahui varias gabunangan dengan menggunakan rumus :
S2 =
Dimana:
fi             :  Tanda kelas dalam  interval
xi         :  Nilai tengah hasil tes
n          : Banyaknya data.
S2         : Simpangan baku.[16]



3.      Uji hasil belajar kelompok eksperimen (x1) dan kontrol (x2) :
t = [17]
Dengan            S2 =
            Keterangan:
            t             : Harga t-observasi
          : Rata-rata nilai siswa yang diajarkan mata pelajaran matematika dengan pembelajaran Matematika Realistik (MR).
         : Rata-rata nilai siswa yang diajarkan mata pelajaran matematika dengan pembelajaran Matematika Realistik (MR)
S            : Varians populasi gabungan (menggunakan data dari kedua      sampel.    
n1              : Jumlah sampel siswa yang diajarkan mata pelajaran matematika dengan pembelajaran Matematika Realistik (MR).
         : Jumlah sampel siswa yang diajarkan mata pelajaran matematika dengan pembelajaran Matematika Realistik (MR).[18]
Setelah data diuji dengan statistik uji t  maka untuk lebih kuat data, akan dibuktikan dengan pembuktian hipotesis. Adapun Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
HO :  : Tidak peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan pembelajaran Matematika Realistik (MR).
 Ha : : Ada peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan pembelajaran Matematika Realistik (MR)
Kriteria pengujian didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2) dan peluang (1- ). Taraf signifikan yang digunakan dalam pengujian ini adalah = 0, 95. dengan demikian karena digunakan uji pihak kanan, maka kriteria pengambilan keputusan adalah tolak Ho jika thitung  ttabel dan terima Ho jika t memiliki harga lain.
Pada taraf segnitif = 0,05 dan peluang (z1 -  ) dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2. Maka kriterian pengambilan keputusan adalah terima Ho jika zhitung  ztabel dan tolak Ho jika z mempunyai harga lain.



                [1] Depdibud, Kurikulum Pendidikan Dasar: Garis-garis Besar Program Pengajaran(GBPP) Matematika SLTP, (Jakarta: Depdikbud, hal. 1.
[2] Freudental , Realistic Mathemathic Education, (online), 2003, http//yowono.blogspot.com, diakses 03 November 2011

[3] Freudental dikitip dalam Yowono, Realistic Mathemathic Education, (online), 2003, http//yowono.blogspot.com, diakses 03 November 2011

[4] Da Lenge dan Ven Den Neuvel Panhuizen dikitip dalam Yowono, Realistic Mathemathic Education, (online), 2003, http//yowono.blogspot.com, diakses 03 November 2011
[5] Freudental, ...

[6] Eleine B. Jhonson, Contektual Teaching & Learning, (Bandung: Kaifa, 2010), hal. 185
[7] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta 2002) hal. 10.

[8] Sugiyono, Metodologi Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta, 2003), hal. 53
[9]Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito 1996), hal. 63.

[10]Winarno Surachmat, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:Rineka Cipta, 1998), hal 250.

[11]Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal.36.
[12] Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito 1996), hal. 36.

[13] Ibid,. Hal. 22

[14]Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal.124.
[15]Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito 1996), hal. 67

[16]Ibid., hal. 95.

[17]Ibid., hal. 239.

[18]Saiful Bahri Jamara, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal.273.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar